Friday, March 23, 2012

Bethel Orphanage- Bukan panti asuhan biasa :)

                Berkunjung ke sebuah panti asuhan bukanlah rencana yang baru pertama kali kudengar dalam hidupku. Aku tidak merasakan sesuatu yang berarti tentang itu, setelah aku mengunjungi sebuah panti asuhan di luar kota Beijing. Kupikir kunjungan ini akan berakhir sama ketika aku mengunjungi panti asuhan tuna rungu yang dulu perna aku singgahi. Akupun memulai perjalanan selama satu setengah jam menggunakan kendaraan yang telah kampus sediakan bersama ke 26 teman yang tidak seberapa kukenal. Wajah mereka terlihat familiar, tetapi aku hanya bisa menjalani obrolan terbatas bersama teman-teman yang kutemui di dalam bus kecil itu.
                Kondisi badanku saat itu sedang kurang  fit ditambah dengan dinginnya  cuaca salju mencair,benar-benar membuatku malas untuk pergi. Tetapi, aku membulatkan tekad karena aku telah mengiyakan kunjungan ini dan percaya aku akan melihat sesuatu yang berbeda.
                Dari perjalanan yang cukup membosankan, akhirnya tibalah  kami di suatu padang yang  gersang dengan beberapa rumah yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Sepanjang jalan tidak merata yang kami tempuh membuat kami semakin bertanya-tanya,  kok bisa ada sebuah panti asuhan di daerah seperti ini? Pertanyaan itu terjawab ketika kami menemui sebuah gerbang putih dan sang penjaga mengizinkan kami masuk ke dalam area panti asuhan. Luar biasa, baru pernah kulihat lahan olahan a la negara barat di Beijing. Lebih terkejut, ketika sang pengurus yang berasal dari Belanda mengantarkan kami berkeliling area, kami menemukan banyak hal menarik di dalamnya. Kami menemukan kolam renang, tujuh rumah kayu, sebuah peternakan ayam, lebah madu, peternakan kambing, taman bermain, dan ruang kelas yang sangat unik.
Tempat tinggal anak-anak dibagi menjadi tujuh rumah kayu, pengurus berkata dengan adanya pemisahan, anak-anak akan belajar bagaimana kehidupan berkeluarga.Memasuki gedung pengajaran yang dulunya adalah hotel, bisa ditemukan berbagai ruang interaksi dan mengajar. Ruang pengajaran ada berbagai macam, ada lab. komputer, ruang rehabiliasi, ruang science,dan ruang musik. Di dalam gedung mengajar pertama, aku bisa menemukan kursi warna-warni,mainan yang teletak rapi, dan jadwal pelajaran dengan huruf Braille. 
                Sang pengurus melontarkan pertanyaan,”menurut kalian apa yang aneh dengan kelas ini?” Seseorang  teman berkata,”Tembok ruangan semua berwarna, padahal semua anak yang belajar rata-rata buta dan menderita autism.” Ia menjelaskan,”sekalipun anak-anak buta, tetapi mereka butuh suasana sebagai anak-anak . Ketika setiap orang yang datang memuji keindahan kelas mereka,  pastilah mereka akan merasa senang dan nyaman dengan tempat mereka belajar.
Kekagumanku terhadap ketelitian sang pengurus tak hanya sampai di situ, ketika aku melihat ruang musik yang ada di lantai dua, aku berdecak kagum. Ruangan itu hampir sama seperti studio rekaman, dengan lapisan kedap suara, serta berbagai alat musik, seperti gitar, trompet dan band. Ditambah lagi dengan beberapa buku alat musik Braille, membuatku semakin tak percaya dengan pentingnya semua pengetahuan yang ditanamakan panti ini bagi murid-muridnya.
Setelah mengelilingi area panti asuhan, tibalah saatnya kami berhadapan dengan anak-anak. Kami menemani anak-anak jalan sore, beberapa dari mereka sangat suka berbicara, bahkan sampai kamipun tak megerti apa yang mereka bicarakan. Selain itu, ada pula anak-anak yang lebih tertutup dengan ada nya kedatangan kami.
Setelah jalan sore, kami menemani anak-anak untuk snack bersama di ruang makan. Aku membantu dua orang anak, yang mata nya terlihat biru tidak normal dan seorang anak yang terus menerus makan. Tidak ada yang bisa kuberikan selain mengelus punggung mereka dan mencoba berkomunikasi dengan mereka. Salah satu anak aku ajak untuk menyudahi snack dan berjalan ke aula. Aku menuntun dia dan aku berkata,” mari kita berjalan ke sana”, ia pun berkata bahwa ia ingin digendong. Anak yang kira-kira masih berusia 2 tahun tidak ingin berjalan sendiri dan tidak mau lepas dari gendonganku.
Aku merasa bersalah karena setelah itu, kami diingatkan untuk tidak menggendong, memeluk, ataupun berjanji bahwa kami akan kembali lagi dan bermain bersama mereka. Sampai saat itu, aku hampir menangis karena seumur hidup baru pernah aku dilarang memeluk seseorang.  Pengurus panti mengatakan bahwa mereka harus biasa untuk membedakan mana yang disebut orang asing, keluarga dan teman.  Tetapi, siapa yang dapat menolak permintaan anak kecil yang memang benar-benar membutuhkan cinta kasih?
Di aula, aku dan seorang teman dari Vietnam, berinteraksi dengan seorang bocah laki-laki, kira-kira 5 tahun usianya. Pada saat kami bercengkrama, kami dihadapkan pada suatu hal yang cukup membuat hati kami terenyuh. Dia berkata ingin pergi ke Amerika, ingin diadopsi dan menginginkan kami datang minggu depan untuk bermain bersamanya. Kami pun tak bisa berkata banyak, selain mengalihkan perhatiannya, dengan mengajak si bocah menari mengikuti alunan jingle bell dari piano yang dimainkan seorang anak yang juga buta. Kami sadar dari awal pertama bertemu anak-anak itu, beberapa, mengutarakan impian mereka untuk pergi ke Amerika. Ini dikarenakan salah seorang anak akan diadopsi dan dibawa ke Amerika oleh orang tua barunya.
Ironisnya, melihat mereka begitu menginginkan sebuah pelukan, meski didapat dari orang asing yang tidak mereka kenal. Mendengar beberapa kisah dari mereka yang pernah dibuang atau bahkan dikurung di kandang anjing selama 15 tahun, tetapi mampu bertahan hidup. Menyaksikan para pengunjung yang datang-pergi dengan meninggalkan janji manis yang akan mereka ingat  hari lepas hari.  Menyedihkan.
Namun, terlepas dari kehidupan masa lalu mereka yang kelam, mereka bisa menemukan kesempatan menciptakan kehidupan baru.Dengan belajar di panti asuhan itu, nantinya mereka dapat bekerja seperti orang normal. Patut kita syukuri, kita dilahirkan dalam keadaan sempurna.  Orang tua yang begitu menyayangi kita. Teman yang selalu ada dalam suka dan duka. So, whenever you feel unloved, go back to your family, and give thanks! Sebab keluarga adalah anugerah terindah dalam hidup.


Beijing, 3 Desember 2011

No comments:

Post a Comment